“Diskusinya entar
dulu. Yang penting ‘isi bensin’ dulu ya,” ujar Coach Harry Kartono kebapakan sambil
tertawa. Sebelumnya, kami benar-benar tegang karena akan berdiskusi dengan tech-business specialist yang namanya
malang-melintang di surat kabar. Namun, ketegangan kami pelan-pelan menghilang.
Suddenly, we feel like talking with a very nice and humble wise-man.
Girl’s
Generation: in Action!
Saya dan Vivi membuat janji
diskusi dengan Coach Harry pukul 12 siang di lobby Pacific Place. Kebetulan, para
pria anggota tim berhalangan hadir. Jadilah kami, anggota Girl’s Generation
sebelum dipermak wajahnya ini (;p), mendatangi Pacific Place Mall. Sungguh
kebetulan, saya langsung bertemu dengan Coach Harry di jalan menuju pintu
masuk. Vivi telah lebih dahulu sampai. Agak terkejut karena disapa tiba-tiba
oleh saya, Coach Harry bertanya, “Wah! Masih inget wajah saya ya?”
Memasuki mall, Coach Harry
langsung mengajak kami makan siang di Wendy’s. “Santai saja,” ujarnya. Melarang
kami berbicara soal proyek kami, Coach Harry justru bertanya mengenai sekolah
kami dimana dan rencana setelah lulus. Ia juga bercerita tentang bagaimana ia
selalu dikira orang Hong Kong oleh rekan-rekan internasionalnya (well, personally I do agree too!), kesukaannya
akan sambal, masa SMA-nya, pengalaman kuliah, serta sepak-terjangnya di dunia
kerja. Pokoknya, semuanya diceritakannya dengan sangat cair.
Mr. Harry Kartono (right), Product Manager Head - IT Division, Samsung Indonesia
Marketing In
Practice
Sesungguhnya, kami sudah amat
berterimakasih karena telah diajak makan. Namun, kami kembali diajak ngopi.
“Sukanya teh atau kopi?” I voted tea where Vivi voted for coffee. Jadilah, kami
ngopi-ngeteh di kedai makanan organik, Healthy Choice. Coach Harry memesankan
Numi Flower Tea untuk kami berdua. Vivi, yang memang pengila kopi, memesan
Coffee Macchiato.
Kami mempersiapkan slide
presentasi dalam rangka bertemu Coach Harry, sekaligus untuk mempermudah
penjelasan proyek Microsoft B. Seusai mendengar presentasi kecil-kecilan kami, Coach
Harry mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan “kritis-realistis” yang tidak kami
sadari. Setelah tahap brainstorming tersebut (dimana konep kami semakin jelas),
Coach Harry kemudian memberi masukan yang TOP TOP BANGET! (Untuk sementara, the
input is still off-the record. But we’ll share it really soon. So, stay
tuned!). Yang pasti, we really, REALLY LOVE his inputs! Yang membuat kami
semakin tersanjung, ia ternyata mengingat setiap detil dari slide presentasi
kami. Jadi, diskusi kami sangat “klik” dan “nyambung”
*BONUS ARTICLE
– “Extra Lesson: Life is Kind”
Entah kebetulan atau memang sudah
jalan Tuhan, dua hari sebelum bertemu Coach Harry, saya melihat-lihat website “heavenly
culinary” Wanderbites milik Kak Felexandro Ruby dan terkesima melihat foto
segelas Flower Tea. Habis, tehnya cantik banget dengan bunga didalamnya. Eh,
ternyata “ngidam” saya kesampaian lewat Coach Harry yang mentraktir saya teh bunga
tersebut.
Ah… *Kissing Father J, kissing British Council, too!*